Saturday, April 17, 2010

TIGA

Jumat, 11 Desember 2009

Hari baru lagi dalam serentet hidupku dimulai lagi hari ini. Hari yang cukup nyaman untuk aku beristirahat setelah aku ’perang’ dengan kertas ulangan untuk menjawab soal ujian selama seminggu penuh. Otakku terasa kaku terlalu banyak berpikir. Kupikir hari Kamis kemarin adalah hiburan yang cukup menarik karena itu adalah hari pertama aku kencan denganmu setelah berkali-kali kita gagal menyusun kencan. Tidak lupa, hari ini genap 3minggu kita pacaran.

Aku tertidur pulas malam harinya karena lelah menghabiskan waktu seharian bersamamu. Sayangnya hari ini kamu masih harus berangkat sekolah sedangkan aku bisa bangun sesuka hatiku.

”Dee J masih tidur ya?” dan pesan itu masuk ke ponselku pagi-pagi sekitar pukul enam. Kubuka layar ponselku dengan setengah sadar karena baru terbangun dari tidur dan mata yang masih sedikit menyipit, efek adaptasi sinar yang baru masuk ke mata.

”Iya sih, kamu udah berangkat sekolah Bee?” balasku.

”Iya nih, aku udah berangkat, kebangun gara-gara aku ya?” tanyamu lagi.

”Nggak apa-apa kok Bee ....,” kataku lagi dan berlanjut sampai jam tujuh kurang seperti biasanya.

”Yauda Dee, udah dulu ya. Aku udah masuk nih. Nanti aku sms lagi deh. I love you, Dee,” katamu mengakhiri dan aku membalas dengan I love you too juga untukmu.


******************************


Kulanjutkan waktu tidur yang sempat terhenti karena komunikasi singkat kita pagi hari tadi itu. Aku yakin semalam nggak ada mimpi yang masuk ke alam tidurku. Aku bangun dengan malas sewaktu matahari sudah sombong di atas sana untuk memamerkan sinar panasnya seakan-akan dia bilang ’aku ini raja dunia loh’ . Rutinitasku di kala libur dengan lancar aku jalankan, mematikan AC kamar yang menurutku nggak dingin sama sekali, kemudian beranjak keluar kamar menuju komputer berdebu di depan kamar, duduk di depannya dan kutekan tombol ON di CPU komputerku. Sedikit-sedikit aku menguap dan saat komputerku sudah menunjukkan tanda kehidupan aku mulai membuat web browser serta 2 aplikasi chatting-ku. Aku online.

Kupikir sudah waktunya kamu pulang sekolah, maka aku mencoba mengirimimu sms. Laporannya ’pending’. Aku pikir , ’mungkin memang belum pulang sekolah’. DEG ! tiba-tiba aku merasa ada yang aneh dan pikiranku mulai merasa kalut. Entah kenapa yang ada di otakku detik itu adalah kamu...

Satu jam aku tunggu balasan sms-mu dan sekitar pukul 11.06 kamu balas smsku, ”Iya udah pulang kok. Kamu lagi apa?” dan aku merasa ada yang aneh dengan balasan smsmu. Bahkan ucapan Anniversary di smsku pun nggak kamu gubris sama sekali. Kutanya apa alasannya padamu kamu pun mengelak dan selalu menjawab bahwa semuanya baik-baik saja. Nggak hanya sekali aku menanyakan ada sesuatu yang aneh padamu saat ini dan berkali-kali kamu pun berusaha meyakinkanku bahwa semuanya dalam keadaan baik-baik saja.

Aku pun mencoba menenangkan perasaanku sendiri dan kupikir ini hanya sekedar paranoid nggak beralasan. Kucoba untuk nggak menggubris rasa kalutku itu tapi semakin aku berusaha untuk melupakannya aku semakin paranoid. Aneh memang.

”Ada sesuatu yang aneh,” kutulis itu dalam sms ditujukan untukmu.

”apa yang aneh deh?” tanyamu.

”Nggak tau apa, tapi aku emang ngerasa ada yang aneh. Kaya’nya kamu berubah deh,” kataku, sedikit-sedikit menahan sesak karena hampir menangis.

”Nggak ada apa-apa kok, Sayang. Emang aku kan biasanya begini,” balasmu.

Entah ingin membantah dengan apa lagi kata-katamu aku pun mengalah dan aku ikuti saja tingkah lakumu. Pikiranku pun mulai aneh. Rasa ’takut kehilanganmu’ malah terasa dan kontan aku menangis tanpa komando. Makin kencang tangisku saat membalas pesanmu.

Cuma perasaan takut kehilanganmu saja yang aku rasakan detik ini. Bayangan-bayangan paranoid juga mulai tervisualisasi di otakku secara jelas dan makin membuatku kalut.

Kuceritakan apa yang aku rasakan detik ini padamu, ”Aku cuma ngerasa takut kehilangan kamu,” kataku.

”Kok tiba-tiba ngomong kaya’ gitu sih? Aku nggak ninggalin kamu kok. Kamu kenapa sih?” tanyamu heran.

Ke dua kalinya aku nggak punya kata-kata untuk membalas perkataanmu itu dan aku hanya diam saja. Kutahan sekuat tenaga supaya aku tidak menangis. Walaupun campur aduk pikiran dalam otakku dan semuanya itu tentang kamu.

Kamu terus meyakinkan aku untuk percaya bahwa keadaan nggak ada yang berbeda. Menurutmu semua baik-baik saja tapi tidak dengan aku. Mungkin aku baru mengenalmu dari November hingga Desember ini, tapi aku cukup mengenalmu. Ada sesuatu yang kamu sembunyikan dariku, entah apa itu. ”Jangan nangis dong, aku nggak apa-apa kok,” itu kalimat darimu untuk berusaha menenangkan aku.


******************************


Semakin malam tingkahmu semakin aneh. Aku sadar itu dan aku makin yang ada sesuatu yang nggak beres padamu saat kamu update status di situs pertemanan berlogo burung biru muda itu dengan maksud bahwa ’ada sesuatu yang aneh pada dirimu’. Ketika aku bertanya ’ada apa’ kamu hanya bilang ’nggak tahu’.

Bahkan kata I love you yang biasa kamu bilang buat aku nggak aku lihat di smsmu lagi ketika kamu memutuskan untuk menghentikan komunikasi sejenak karena kamu harus ikut bimbel. Aku sabar menunggumu hingga pulang malamnya.

Seperti biasa kamu pun online dan kita berdua sepakat menghemat pulsa dengan chatting lewat MSN. Menurutku hari ini perbincangan kita begitu hambar walaupun semua berjalan seperti biasanya.

Malam itu juga kamu update statusmu, mungkin dalam keadaan berang, ”temenan salah,jadian salah terus maunya lo semua tuh apa? ngomong sini kalo berani!” Tanda tanya besar untukku tentang pembaruan statusmu itu dan ketika kutanya kamu hanya bilang ”ada sedikit masalah.”

Untungnya kamu pun masih mau terbuka denganku. Secara detail kamu ceritakan itu padaku. Katamu, ”Pokoknya ada bbrp anak kelas 12 ips yg gak suka aku temenan sama abigel. Makanya si ardy juga berubah. Padahal aku temenan juga gak ada maksud apa-apa. Aku temenan tuh tulus. Gak selamanya kan aku temenan sama mereka? Kalo mereka lulus masa aku hrs ngejar2 ke kampus mereka? Macem mereka masih inget aku aja kalo udh lulus. Suka mikir jelek deh mereka itu.”

”Mereka gak suka karena abigel kecentilan menurut mereka. Mereka aja nganggepnya berlebihan. Lagian namanya juga temenan. Bilang aku berubah juga gak ngasih tau berubah kenapa? Pasti pada ngomong di belakang itu,” lanjutmu. Sedikit masukan coba aku berikan untukmu, kuharap itu membantu.

”Sampe ngatain abigel segala tadi siang. Ya aku gak terima aja dia dikatain. Bukan karena dulu aku suka sama dia tapi ya aku gak suka aja,” tambahmu.

Aku tahu permasalahanmu sekarang dan aku tahu alasan sikap ’beda’-mu seharian ini. Aku juga tahu kamu depresi dengan masalahmu itu. Segitu kuatnya kamu membela temanmu. Aku mendukungmu tapi ada sedikit rasa sakit entah itu karena apa.

Aku juga merasa sedih karena kamu sedih. Mungkin ada banyak alasan kenapa aku merasa sedih dan sakit seperti ini. Gosip murahan yang diciptakan oleh teman-temanmu menjadi salah satu alasan kenapa aku ikut merasa sakit. Kehadiranku di duniamu seakan nggak ada harganya saat aku dengar ceritanya: ’kamu berteman dengan dia karena kamu menyukainya’. Bisa kamu pikir sendiri kan? Gosip murahan itu memang nggak mentolerir kehadiran dan statusku yang sekarang ini adalah pacarmu.

Alasan lain mungkin rasa empatiku terlalu besar padamu sehingga apa yang kamu rasakan juga bisa aku rasakan dan sampai-sampai aku menyempatkan memejamkan mata dan sebentar berdoa pada Bapa-ku untuk sekedar bilang, ’jangan ambil hadiah natalku lagi ya, Tuhan? Plissss.’

”Boleh tunggu bentar nggak sebelum tidur?” tanyaku.

”Mau ngapain emang?” kamu malah kembali bertanya.

”Ada something. Makanya kamu mau nungguin nggak?” tanyaku lagi.

”Apaan sih emang? Aku jadi penasaran,” katamu.

”Makanya tungguin 30 menit lagi aku selesai,” jelasku.

Tiga puluh menit aku suruh kamu buka e-mail. Ada sesuatu yang kukirimkan untukmu. ”Disimpen ya? Bacanya kalo kamu udah enakan mood-nya. Tapi terserah sih kalo mau dibaca sekarang,” kataku ketika kamu bilang kamu sudah menerima pesanku di kotak masuk.

Isinya hanya cerita sederhana mulai dari perawalan kita kenal hingga tanggal 20 November 2009 lalu. Kupikir kamu tak akan suka, tapi malah kamu bilang kamu takut aku kecewa karena kamu.

Kubaca lagi cerita buatanku sendiri yang ada aku malah menangis. Sebenarnya bukan karena aku terharu karena sederhananya tapi aku rindu dengan suasana itu. Baru sebentar kita tahu apa itu senang sedetik kemudian masalah-masalah singgah pada hubungan kita.

Kupikir aku cukup terpukul dengan yang terjadi dan aku nggak mau membuatmu sedih, aku hanya bisa mencoba tersenyum walaupun sulit. Aku nggak bermaksud membohongi diri sendiri ataupun dirimu, hanya saja aku mencoba menggangap semuanya ’benar baik-baik saja’. Dan aku merasa bodoh ketika kamu diposisikan seperti sekarang, sebagai pacarmu aku nggak bisa berbuat apa-apa.

Akhirnya kamu mengakhiri malam ini dengan tertidur pulas sedangkan aku bergelut sendirian di depan komputer sampai pagi harinya lagi. Have a wonderful dream sweetheart, cuma dalam hati.


*****************************


Sabtu, 12 Desember 2009

Bangun dengan mood yang sama sekali nggak bagus hari ini. Perlu kamu tahu, aku tidur nggak sampai 3 jam kemarin malam dan aku merasa sangat mengantuk pagi ini. Hari ini aku berencana menyelesaikan urusan perkuliahanku di kampus tempat satu-satunya aku mendaftarkan diriku.

Nggak ada sms darimu, kupikir kamu masih tidur, karena itu aku nggak mau membangunkanku dengan smsku dan kamu beralasan yang sama ketika kamu pertama kali mengirimkan sms hari ini.

Menurutku hari ini sungguh sial. Mungkin karena aku bangun dengan mood yang sama sekali tidak bagus hari ini. Sampai di kampus, kantor administrasinya tutup! What a day! Dan akhirnya aku harus membawa kembali pulang uang 4juta yang tadinya notabene mau digunakan untuk membayar SPP kuliahku dengan naik busway.

Kamu ingatkan aku untuk berhati-hati di jalan. Uang 4juta memang bukan jumlah sedikit, bisa bunuh diri ayahku kalau uang sebanyak itu raib begitu saja kan? Aku berdoa saja dalam hati berharap aku sampai rumah dengan selamat. Perjalanan yang sia-sia.

Sepertinya karena permasalahan kemarin mood-mu hari ini juga tidak baik. Emosimu gampang tersentil dan itu membuat aku gampang merasa paranoid. Tiap kali kamu bilang stres, bosan, bete, dan kawan-kawannya pasti aku merasa takut. Aneh ya?

Aku merasa aku juga stres hari ini. Kusempatkan untuk tidur siang harinya dan aku harap stresku bisa hilang dan kamu menghabiskan hari itu bersama teman-temanmu. Ide yang bagus untukmu menurutku. Semoga saja acaramu bersama teman-temanmu bisa menghilangkan mood jelekmu karena kupikir aku juga nggak bisa membuat keadaanmu membaik.

Kamu menghabiskan semalam suntuk dengan teman-temanmu dan kamu pulang larut malam. Aku paham, kamu depresi dengan masalahmu dan aku pun depresi karena kamu. Aku tahu berulang kali kamu bilang jangan memikirkan kamu dan masalahmu, tapi menurutku itu mustahil!

Paranoidku semakin bertambah tiap harinya dan akupun semakin nggak tahu apa yang harus aku perbuat untuk mengubah keadaan. Seharian ini aku bolak-balik kamar – komputer, masuk ke kamar – menangis sebentar, duduk di depan komputer – online lagi dan begitu terus selama berkali-kali.

Sampai akhirnya kamu pulang dengan keadaan amat lelah dan masih dalam keadaan mood tidak bagus mungkin. Rasa sedih dan sesakku nggak kunjung hilang juga ternyata, tapi rasa kawatirku sudah hilang karena aku tahu kamu selamat sampai rumah.

Aku makin depresi. Halusinasiku makin parah sepertinya. Aku merasa sekarang aku terposisikan nomor sekian bagimu dan kita makin menjauh. Aku berusaha mengerti, ini semua semata-mata karena kamu memfokuskan dirimu pada masalahmu. Karena itu, aku memilih diam dan berusaha supaya nggak menangis. Kupejamkan saja mataku dan kugigit bibirku kuat-kuat supaya air mataku nggak keluar, ’jangan nangis, Dwi.’

Sebagai pacarmu, aku nggak bisa berbuat apa-apa untuk membuat segalanya baik-baik saja kembali. Rasanya pun juga sulit untuk menata perasaanku sendiri demi membuatmu tidak bertambah pikiran karena memikirkan perasaanku juga. Maaf, Bee, aku bukan cewek yang kuat.

Aku tahan semua emosi rapat-rapat. Berharap emosiku nggak jadi bom waktu yang seakan-akan bisa menghancurkan semuanya. Sejujurnya aku ingin marah, bukan padamu, bukan pada temanmu, tapi aku marah pada keadaan.

Aku menyalahkan keadaan yang membuatmu menjauh dariku. Paranoidku sekarang belum hilang dan aku sudah nggak bisa berpikir jernih lagi sepertinya. Semua yang aku lihat dan aku pikir buruk.

Kamu pamit untuk istirahat lebih dulu daripadaku dan aku mengiyakan. Sudah pasti kamu lelah hari ini. Dengan antaran ucapan good night kamu pun mulai tertidur. Aku, terjaga sampai pagi harinya (lagi).


***************************





Minggu, 13 Desember 2009

Tengah malamnya aku nggak bisa tidur karena badan dan pikiranku terasa tegang. Malam itu aku kangen sekali padamu. Aku kirim sms untukmu malam itu, kira-kira begini isinya:

Aku kangen sama kamu. Entah kenapa aku pengen banget ketemu dan meluk kamu sekarang, masalah yang lagi kamu alami aku takut itu semua berdampak buruk sama hubungan kita.

Aku Cuma takut kehilangan kamu aja. Walaupun masalah kea gini bikin kita ngejauh tapi nggak segampang itu ngebuat aku nyerah. Kita harus kuat ya? Aku bakal nunggu kamu kok sampe masalahnya selesai.

Aku sayang kamu J

Aku bangun lebih siang dari hari kemarin karena aku tidur juga lebih pagi dari kemarin. Biasanya ada sms dari kamu setiap kali aku bangun tidur, bedanya hari ini nggak ada. Baiklah, aku yang mulai sms dengan ucapan good morning untukmu.

“Morning aku lagi latihan nih nanti aku sms lagi ya? Love you, Dee,” begitu balasmu.

Aku rasa hari ini masih sama dengan 2 hari belakangan ini. Hanya saja hari ini aku meningkatkan usahaku untuk nggak menangis hari ini. Hei, aku ini rapuh, Sayang. Aku selalu berusaha untuk menyemangati dirimu meskipun terkadang dalam kata-kataku juga aku berusaha menyemangati diriku untuk ikut bertahan.

Aku coba untuk terbuka denganmu. Keceritakan apa yang aku tahan selama tiga hari ini.

”Aku cuma takut masalahmu itu berdampak sama hubungan kita dan mungkin itu bener,” kataku sedikit hopeless.

”Apanya yang bener? Ah, kenapa jadi gini sih? Aku jadi ngerasa bersalah sama kamu,” katamu menyesal.

”Bener kayalnya emang masalahmu berdampak sama hubungan kita. Entah kenapa aku ngerasa kita makin jauh, ya, aku ngerti ini semua karena kamu fokus sama masalah kamu. Aku nggak mau nuntut banyak sama kamu. Karena aku nggak mau nambahin pikiran kamu,” jelasku.

”Emang kamu mau nuntut apa? Kenapa ya semuanya jadi kaya’ gini? Tapi meskipun begitu aku harus tetep dapet perhatian aku,” balasmu.

”Aku nggak mau nuntut apa-apa kok, Bee. Aku nggak mau nambah beban pikiran aku. Lebih baik kamu fokus sama masalah kamu. Aku nggak apa-apa kok, Bee. Aku bakal nunggu sampe semuanya normal. Karena itu lebih baik aku ngalah walaupun agak sulit buat ngerti,” kataku.

”Sebisa mungkin aku bakal selesain semuanya walaupun lama. Maaf ya, kita jadi jauh gini karena masalah aku,” jawabmu.


************************


Siang ini kamu ada jadwal tanding di Theresia Cup. Sayangnya hari ini aku nggak bisa nonton kamu di lapangan.

”Sial kalah,” itu isi sms singkatmu setelah kamu selesai bertanding.

”Lawan siapa? Kalah berapa?” tanyaku.

”Fons 4-0,” lagi-lagi kamu hanya menjawab seadanya.

Kupikir kamu masih belum membaik dari kemarin dan aku berusaha untuk sabar. Kamu bilang kamu capek seharian ini dan aku pun berusaha untuk mengerti kamu. Emosimu masih labil hari ini dan paranoidku pun ikutan membludak lagi. Suaramu di telepon beda dari biasanya, seperti orang jutek dan kamu berklit dengan bilang kamu cuma capek. KLIK! Telepon terhenti air mata mengambang lagi sedikit di pelupuk mataku. Antara menangis karena ’aku rindu sekali sama kamu’ dengan ’ternyata keadaan belum membaik seperti semula’.

Setidaknya menurutku hari ini lebih baik dari kemarin. Kulihat kamu berusaha bersikap lebih baik padaku dan berusaha menjaga perasaanku. Aku cukup senang dan tenang akan hal itu. Kata I love you juga menjadi familiar hari ini.

Aku masih belum punya jalan keluar untuk membuat keadaan ini nggak ’munafik’. Setidaknya kita berdua bisa tertawa dan bercanda seperti biasa tanpa beban dan pikiran. Perlu kamu tahu, aku rindu cara bercanda kita yang di luar kontrol itu, seakan-akan aku benar-benar bisa lupa dengan masalah hidupku, Sayang. Meskipun ini cukup berat, aku masih bisa senyum untuk bilang kamu hadiah natal terindah aku..



Dear Kristo,

Aku sayang kamu apa adanya. Enggak pernah aku perhitungan dengan latar belakang, kejelekan, ataupun masalah kamu. Rasa sayang aku nggak pernah berkurang hanya dengan masalah kamu sekarang ini.

Aku coba buat ngalah sama keadaan. Kita jadi ngerasa semakin jauh mungkin efek karena kamu fokus sama masalah kamu dan aku berusaha buat mengerti itu.

Aku yakin ini cuma masalah waktu, kalau waktunya udah tepat nanti pasti keadaan bakal balik kayak dulu lagi.

Setidaknya meskipun masalah ini berdampak sama hubungan kita, aku nggak mau nantinya sayang kamu makin berkurang karena keadaan jadi ’beku’. Pokoknya kita harus tetep bisa ngelewatin ini semua.

Payah ya aku , Bee? Terkadang aku ngerasa capek dapet masalah terus apalagi ditimpa lagi sama masalahmu.

Mustahil Bee aku nggak mikirin masalah kamu karena aku peduli dan aku nggak mau ninggalin kamu sendirian depresi mikirin masalah kamu. Aku ada bukan pas kamu seneng doang tapi aku ada pas kamu jatoh juga Bee.

Aku kangen keadaan kayak dulu. Tapi tenang aja, Sayang, aku nggak akan nuntut apapun dari kamu, aku lebih pilih ngalah sama keadaan dan tetep dukung kamu sebisa aku

So sorry, Dear. Aku nggak bisa apa-apa buat ngubah keadaan dan bikin kamu bisa kluar dari masalah kamu. Terkadang aku suka mikir aku nggak berguna buat kamu. Dan maaf juga aku belum bisa buat kamu bahagia sampe detik ini, setidaknya aku berusaha untuk jadi yang terbaik buat kamu

Aku sayang banget sama kamu dan nggak berubah, Bee! Aku mau kamu di hari Natal dan aku mau kamu di Tahun baruku. AKU CUMA MAU KAMU !

No comments:

Post a Comment